Desa Jangan-Jangan Diproyeksi Jadi Sentra Nenas Utama di Sulawesi Selatan

DARI DESA KE DESA

admin LS

11/29/20252 min read

BARRU, lenterasulawesi.online - Desa Jangan-Jangan di Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel), terus menunjukkan geliat pembangunan sektor pertanian berbasis hortikultura. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Rahmansyah, wilayah ini diproyeksikan menjadi desa penghasil utama nenas di Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan di kawasan Indonesia Timur.

Produksi nenas di Desa Jangan-Jangan mengalami lonjakan signifikan, terutama untuk dua varietas unggul yakni Nenas Madu dan Nenas Subang. Kedua jenis ini dikenal dengan daging buahnya yang lembut serta rasa manis yang khas, sehingga menarik perhatian pasar lokal maupun luar daerah. Tak mengherankan jika desa ini kini telah menjadi pemasok nenas untuk Kota Makassar serta sejumlah kabupaten di luar Provinsi Sulsel.

Potensi besar sektor nenas di desa ini bukan hanya mendorong pertumbuhan pertanian, namun juga membuka peluang ekonomi yang lebih luas. Pemerintah Desa Jangan-Jangan kini tengah mengembangkan konsep Agrowisata Nenas, yang memadukan area perkebunan, edukasi pertanian, wisata kebun, hingga pengolahan produk turunan berbasis buah nenas. Konsep ini diharapkan mampu melibatkan lebih banyak masyarakat, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan warga desa.

“Kami ingin menjadikan Desa Jangan-Jangan bukan hanya sebagai sentra nenas, tetapi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis agrowisata. Dengan dukungan semua pihak, kami yakin potensi ini bisa menjadi kebanggaan Kabupaten Barru dan Sulawesi Selatan,” tutur Kepala Desa Rahmansyah.

Dukungan pemerintah terhadap potensi nenas di Desa Jangan-Jangan juga sangat besar. Pada tahun 2024 lalu, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menyalurkan 300.000 bibit nenas jenis Subang kepada kelompok tani pekebun di desa tersebut. Bantuan ini menjadi stimulan kuat dalam memperluas area produksi sekaligus meningkatkan hasil panen masyarakat.

Minat warga terhadap perkebunan nenas juga tergolong tinggi. Selain mengelola bantuan bibit dari pemerintah, petani Desa Jangan-Jangan secara mandiri terus mendatangkan bibit Nenas Madu dari Pulau Kalimantan karena varietas tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat.

Dengan kombinasi potensi alam, minat masyarakat, dukungan pemerintah, serta visi pengembangan ekonomi berbasis agrowisata, Desa Jangan-Jangan semakin mantap menuju masa depan sebagai ikon sentra nenas di Indonesia Timur. Jika pengembangan berjalan sesuai rencana, desa ini bukan hanya akan mengharumkan nama Kabupaten Barru dan Sulawesi Selatan, tetapi juga menjadi bukti bahwa desa mampu bangkit dan sejahtera melalui keunggulan komoditas lokal.

-LS-